Seberapa Penting Kebahagiaan Seorang Guru?
Saya sering mendengar celetukan orang lain terhadap kehidupan guru di sekolah. Salah satunya seperti, “Enak, ya jadi guru. Sering makan-makan, rekreasi sama murid, pokoknya yang senang-senang gitu.” Ketika mendengar hal tersebut, hati kecil saya langsung merespon, lantas kami sebagai guru tidak boleh bahagia, ya?
Bagi saya, kebahagiaan seorang guru memiliki implikasi yang signifikan pada kualitas pembelajaran dan lingkungan belajar. Namun, mengukur kebahagiaan bukanlah tugas yang mudah, karena melibatkan dimensi emosional, psikologis, dan sosial yang kompleks. Pengukuran kebahagiaan guru bukan hanya tentang kepuasan pekerjaan semata, tetapi juga melibatkan komponen-komponen yang lebih dalam yang berdampak pada pengalaman belajar siswa dan perkembangan profesional guru itu sendiri.
Novick, Kress, & Elias menjelaskan tiga hal yang perlu diingat oleh guru sebagai pendidik dan agen perubahan. Pertama adalah kepedulian. Kepedulian (caring relationship) sebagai dasar pembelajaran. Selama pembelajaran, hubungan antara peserta didik dengan guru, mentor, instruktur adalah hal yang penting. Hubungan ini akan membuat peserta didik bisa mengeksplorasi, berani bertanya, mengemukakan pendapat bahkan mengekpresikan diri.
Kedua, emosi. Emosi mempengaruhi suasana belajar dan bagaimana pembelajaran dapat diterima peserta didik. Peserta didik yang belajar dengan situasi yang menyenangkan, merasakan lingkungan kelas yang menyenangkan dan kondusif akan cenderung bisa menikmati kelasnya,
Ketiga, tujuan yang mau dicapai dan pemecahan masalah mengarahkan individu (guru atau peserta didik) dan juga memberikan motivasi/energi untuk melakukan pembelajaran. Adanya tujuan dan pemecahan masalah yang terjadi di kelas dan lingkungan sekolah akan membantu guru dan peserta didik untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan dengan tepat. Misalnya guru mengetahui tujuan pembelajaran dan mengetahui fungsi aktivitas yang dilakukan, maka guru dapat menikmati proses mengajar. Begitu juga peserta didik yang mengetahui tujuan pembelajaran dan aktivitas yang ada akan lebih termotivasi karena mengetahui tujuan aktivitas tersebut.
Salah satu pendekatan dalam mengukur kebahagiaan guru adalah dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis dan emosional. Survei atau kuesioner yang dirancang untuk mengukur tingkat stres, kepuasan kerja, kesejahteraan mental, dan tingkat motivasi bisa memberikan gambaran tentang bagaimana guru merasakan pekerjaan mereka. Ini dapat membantu mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih atau perubahan dalam lingkungan kerja.
Selanjutnya, aspek sosial juga penting dalam pengukuran kebahagiaan guru. Kualitas hubungan antara guru dan siswa, serta hubungan dengan rekan sekerja, kepala sekolah, dan orang tua, dapat memengaruhi tingkat kebahagiaan. Observasi langsung atau wawancara dengan berbagai pihak dapat memberikan wawasan tentang bagaimana guru berinteraksi dalam lingkungan kerja mereka.
Pengukuran kebahagiaan juga bisa melibatkan indikator-indikator kinerja dan pencapaian. Guru yang merasa berhasil dalam mencapai tujuan pengajaran dan melihat perkembangan positif pada siswa mungkin akan merasa lebih bahagia. Data seperti tingkat kelulusan siswa, hasil ujian, dan partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler bisa memberikan pandangan tentang kontribusi guru terhadap perkembangan siswa.
Namun, perlu diingat bahwa kebahagiaan adalah konsep yang relatif dan personal. Apa yang membuat seorang guru bahagia mungkin tidak berlaku untuk guru lain. Oleh karena itu, pendekatan yang holistik dan beragam dalam mengukur kebahagiaan guru sangat penting. Selain itu, pengukuran tidak hanya cukup pada satu titik waktu, tetapi perlu dilakukan secara berkala untuk melihat perubahan dalam tingkat kebahagiaan seiring waktu.
Implikasi dari pengukuran kebahagiaan guru adalah perbaikan konteks pendidikan secara keseluruhan. Hasil dari pengukuran ini dapat membantu sekolah dan institusi pendidikan untuk merancang strategi yang lebih efektif dalam meningkatkan kesejahteraan guru, seperti program dukungan kesehatan mental, pelatihan profesional, atau pengembangan lingkungan kerja yang lebih positif.
Dalam mengukur kebahagiaan seorang guru, perlu diakui bahwa ini adalah upaya multidimensional yang lebih dari sekadar menghitung angka. Ini adalah usaha untuk memahami dan menghargai peran guru dalam membentuk masa depan generasi, serta memastikan bahwa lingkungan kerja mereka mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional yang berkelanjutan.
Oleh Zahro Rokhmawati (Mahasiswa PPG Prajab UNISMA 2023)
0 Comments